Naruto, siapa yang tidak kenal dengan anime yang satu ini. Mulai anak kecil hingga yang sudah berumur pasti tahu atau paling tidak pernah mendengarnya. Hal itu pasti, dikarenakan tayangnya anime ini di salah satu stasiun TV di Indonesia sejak 2004 lalu, jadi wajarlah anime ini jadi salah satu tayangan TV favorit pemirsa di Indonesia.
Namun akhir-akhir ini bertepatan dengan penayangan episode baru Naruto (seperti gambar di atas) ada banyak hal yang menjadi pembicaraan hangat para netizen. Entah itu episode baru itu sendiri, pengisi suara yang tidak cocok, episode diulang-ulang dan masih banyak lagi. Saya juga sempat gemes terhadap orang yang marah-marah karena kualitas dubbing para karakter Naruto di Global TV berubah dan dubber-nya seakan anti kritik karena kualitas dubbing yang dibilang buruk tersebut. Lucu kan?
Bahan bahasan kali ini^
Masalah-masalah di atas akan saya bahas sebagian, berserta opini dari saya.
Episode Naruto Diulang-ulang
Turut sedih saya bang, haha
Kalau bicara tentang episode yang diulang-ulang, dari dulu memang sudah diulang-ulang terus. Entah sudah berapa kali diulang, mungkin 20 kali sudah ada. Tapi semua itu ada penyebabnya, misalnya
- Pihak GlobalTV harus membeli lisensi untuk bisa menayangkan Naruto dari Jepang. Lalu harus melalui editing, sensor-sensor segala macem, dubbing dll.
- Jumlah episode per-hari yang ditayangkan terlalu banyak, menurut saya lebih enak ditayangkan seminggu dua episode atau berapa lah jangan setiap hari. Kalau modelnya semacam ini GlobalTV akan cepat kehabisan stok episode dan berujung pengulangan episode.
Dikarenakan juga mahalnya per-episode, maka penonton juga jangan banyak protes, sudah dapat tontonan gratis juga, dan untuk GlobalTV, jangan terlalu banyak menanyangkan episode perhari, dua episode per minggu sudah lebih dari cukup, bisa dibilang sebagai penghematan stok dan juga penghematan 'hype' yang lebih lama. Jangan hanya kejar rating!
Kualitas Dubbing
Kita mulai dengan kritik salah satu pengguna Facebook satu ini,
kayak iklan google, tampang preman, nyanyi mello XD
Menurut UUD 1945 pasal 28, sudah jelas bahwa kita memiliki kemerdeekaan dalam mengemukakan pendapat. Jadi pendapat bang Sandji di atas normal2 saja.
Dalam hal apapun, memberikan kritik itu diperlukan, seperti kritik di atas. Kritik di sini dibuat agar yang dikritik membenahi diri agar dirinya semakin baik.
Anda bayangin saja lah, datang ke restoran, lalu pelayanannya kurang baik, lelet, anda juga kesel kan? Anda akan mengkritik restoran tersebut. Kritik di sini bersifat membangun, dengan tujuan agar restoran itu berbenah menuju lebih baik lagi.
Sama halnya dengan dubber, kalau menurut kami dubber nya buruk, ya tolong dibenahi.
lalu ada balasan lain....
Kita misalkan begini.
A: "Kok nasinya keras banget sih, ada kerikilnya lagi."
B: "Udah makan aja, masih untung ada nasi."
Bagaimana? Anda pilih nasi berkualitas atau yang tidak berkualitas?
Lanjut..
kubu pro dubber
Gokil bang, wkwkwk, Hana siapa? Hana Matsuoka? ->Hana Bahagiana
Lucu anjir, yang dikritik tidak mau menerima kritik alias anti-kritik. Dengan alasan jika tidak ada mereka (dubber) maka Naruto tidak akan tayang.
Kita ke Jepang dulu, masih inget anime Kono Subarashii Sekai ni Shukufuku wo! ? Ada perbedaan kualitas grafik pada season 1 dengan season 2. Deen selaku studio pembuatnya mendapat kritikan bahwa grafik pada season 2 tidak sebagus season 1. Apakah Deen juga koar-koar? nggak.
Ambil jalan tengahnya aja harusnya. "nge-dub"nya nunggu lebaran selesai kan juga bisa, biar sama-sama enak, penonton puas, dubber dapet libur.
Dan, bagaimana dengan SUBTITLE?
Apakah Subtitle lebih baik daripada dub?
Belum pernah ke bioskop ya bang? Apakah yang nonton bunglon semua?
Apa salahnya sinetron bang? Apakah sinetron pernah melukai abang?
Kartun = anak kecil
1 + 1 = 2
logika baku.
anda kira ponakan saya sama nenek saya suka nonton naruto? nggak.
Nah ini, orang-orang kalau denger kartun, langsung auto anak kecil, tapi apakah benar kartun itu ditonton hanya untuk anak kecil? Nggak. Kartun kebanyakan malah dibuat untuk remaja 13 tahun ke atas, atau mulai SMP kelas 7.
Dan rating di Naruto menurut MAL, juga 13+. jadi Naruto bukan untuk anak dibawah 13 tahun.
Jadi di sini bisa saja GlobalTV menggunakan subtitle, karena menurut kami lebih baik dengan itu, dari pada harus dubbing.
Lalu...
Disamping itu, itu juga profesi mereka, kasihan juga kalau diganti sub. Makan apa nanti mereka :(
Memang kalau di Jepang gaji seiyuu itu fantastis, mengalahkan gaji animatornya itu sendiri, tapi kalau di Indonesia?
Terus gimana? Maju kena mundur kena dong.
Ya dubber nya sendiri itu yang harus berbenah!
Haha, jangan dibawa perasaan ya.
Saya membuat postingan ini agar dapat melihat dari beberapa sudut pandang dan mengambil jalan tengah untuk menyelesaikan masalah.
Untuk penonton, boleh mengkritik, tetapi kritik yang membangun, dan untuk 'penjual', jangan anti kritik begitu. Kapan majunya nanti, kalau konsisten pada kualitas yang begitu-begitu saja.
Dan terkahir saya minta maaf kalau ada yang tersinggung, atau terpelatuk
terima kasih telah berkunjung :D
Komentar agan-agan akan berdampak pada frekuensi rilisan dari Suzukanime, tolong tinggalin jejak ya!
Emoticon